Preferensi Anda telah diperbarui untuk sesi ini. Untuk mengubah pengaturan akun Anda secara permanen, buka Akun Saya
Sebagai pengingat, Anda dapat memperbarui negara atau bahasa kapan saja di Akun Saya
> beauty2 heart-circle sports-fitness food-nutrition herbs-supplements pageview
Klik untuk melihat Pernyataan Aksesibilitas kami
Aplikasi iHerb
checkoutarrow
ID

Panduan Mengenai Pengganggu Endokrin dan Cara Menghindarinya

2,846 Dilihat
anchor-icon Daftar Isi dropdown-icon
anchor-icon Daftar Isi dropdown-icon


Pengganggu endokrin ada di mana-mana. Pengganggu endokrin ditemukan dalam makanan, air, udara, dan produk konsumen. Anda biasanya tidak dapat melihat, merasakan, atau menciumnya, tetapi Anda dapat menghindarinya. Pelajari tentang pengganggu endokrin, efeknya, dan cara mengurangi paparannya dalam panduan komprehensif ini.

Apa Itu Pengganggu Endokrin?

Pengganggu endokrin merupakan bahan kimia alami atau buatan manusia yang dapat mengganggu sistem endokrin, yakni jaringan kelenjar (termasuk hipotalamus, tiroid, dan pituitari) dan organ (seperti pankreas dan ovarium) yang memproduksi, menyimpan, dan melepaskan hormon. 

Environmental Protection Agency (EPA) mendefinisikan pengganggu endokrin sebagai “agen eksogen yang mengganggu sintesis, sekresi, pengangkutan, metabolisme, tindakan pengikatan, atau pengeluaran hormon alami yang berasal dari darah yang ada di dalam tubuh dan bertanggung jawab atas homeostasis, reproduksi, serta proses perkembangan.”1 

Hormon merupakan pembawa pesan kimiawi yang melewati aliran darah, mengontrol proses dalam tubuh, dan memungkinkan sel berkomunikasi satu sama lain. Orang-orang memiliki lebih dari 50 hormon berbeda dengan berbagai macam fungsi, mulai dari mengelola stres (kortisol) dan siklus reproduksi wanita (estrogen dan progesteron) hingga mengatur suasana hati (serotonin, endorfin, dan oksitosin), serta memetabolisme gula darah (insulin) untuk energi.

Bahan kimia pengganggu endokrin (EDC) dapat berasal dari alam atau buatan manusia. Sumber bahan kimia ini sebagian besar berasal dari plastik, pestisida, mainan, peralatan masak antilengket, bahan pengawet, produk perawatan pribadi, farmasi, dan bahan kimia industri. Karena terdapat masalah kesehatan yang terkait dengan bahan kimia pengganggu endokrin, organisasi kesehatan masyarakat dan badan regulasi seperti Environmental Working Group, Endocrine Society, dan Environmental Protection Agency terlibat untuk mempelajari dan mencegah EDC. 

Meskipun banyak EDC yang harus dihindari, tidak semuanya berbahaya. Sebagai contoh, pengganggu endokrin kedelai (yakni isoflavon kedelai) dapat menawarkan manfaat kesehatan bagi wanita dewasa, termasuk mengatasi gejala menopause seperti hot flashes serta mengurangi risiko osteoporosis, penyakit jantung, dan kanker payudara.2 

Apa yang Dilakukan Pengganggu Endokrin?

Pengganggu endokrin mengganggu cara kerja sistem endokrin, yang menyebabkan serangkaian dampak buruk bagi kesehatan. Pengganggu endokrin melakukan ini dengan berbagai cara:

  • Mengubah kadar hormon alami: Beberapa pengganggu endokrin mengubah kadar hormon alami dalam tubuh dengan mengganggu produksi, metabolisme, pengangkutan, atau pengeluaran hormon. 
  • Memblokir reseptor hormon: Pengganggu endokrin lainnya memblokir reseptor hormon pada sel target, mencegah aktivitas hormonal dan respons yang diinginkan. 
  • Mengganggu ekspresi gen atau meniru hormon alami: Ada pula pengganggu endokrin yang menimbulkan kekacauan dengan mengganggu ekspresi gen atau meniru hormon alami, sehingga tubuh bereaksi berlebihan terhadap sinyal hormonal. 

Sistem endokrin bersifat kompleks dan sensitif, jadi EDC dalam jumlah sedikit saja dapat menimbulkan masalah.

Contoh Pengganggu Endokrin

Dalam 50 tahun terakhir, produksi plastik global telah meningkat enam kali lipat dari 50 juta ton menjadi hampir 300 juta ton. Akibatnya, orang-orang lebih sering terpapar pengganggu endokrin.

Menurut Endocrine Society, orang-orang setiap harinya terpapar oleh 85.000 bahan kimia buatan manusia yang ada di dunia.3 Lebih dari seribu mungkin merupakan pengganggu endokrin. US Food and Drug Administration telah mengidentifikasi lebih dari 1.800 bahan kimia yang mengganggu minimal satu dari tiga jalur endokrin, yakni estrogen, androgen, dan tiroid. 

Contoh umum pengganggu endokrin meliputi:

  • Penghambat api bromin (BFR): BFR mengurangi sifat mudah terbakar pada produk konsumen seperti pakaian, furnitur, dan elektronik. 
  • Bifenil Poliklorinasi (PCB): PCB dilarang oleh EPA pada tahun 1979 tetapi masih digunakan dalam insulasi, peralatan listrik, dan cat berbahan dasar minyak.
  • Oxybenzone: Ditemukan dalam beberapa tabir surya dan produk yang mengandung faktor perlindungan matahari (SPF), oxybenzone dapat menembus kulit dan penghalang plasenta. 
  • Logam berat: Logam berat yang mengganggu endokrin meliputi timbal, kadmium, merkuri, dan arsenik.
  • Bisphenol A (BPA): BPA ditemukan pada struk kasir dan lapisan kaleng makanan, serta perlengkapan bayi dari plastik yang dibuat sebelum tahun 2011, termasuk gelas minum, dot, dan botol susu bayi.
  • Paraben: Kelompok bahan kimia ini sering ditambahkan ke dalam kosmetik, makanan, dan obat-obatan sebagai bahan pengawet.
  • Pestisida: Pestisida digunakan pada produk konvensional nonorganik untuk membantu mencegah dan mengendalikan gulma, serangga, dan jamur.
  • Ftalat: Ditemukan dalam berbagai produk, termasuk bungkus plastik serta wadah makanan dan minuman, bahan kimia ini dapat meresap ke dalam makanan dan air, terutama jika dipanaskan dalam microwave. 
  • Zat perfluoroalkyl dan polyfluoroalkyl (PFA): PFA digunakan dalam berbagai produk industri dan konsumen, seperti busa pemadam kebakaran, antinoda, pakaian antiair, dan peralatan masak antilengket. PFA dikenal sebagai “bahan kimia abadi” karena tidak mudah terurai. 
  • Fitoestrogen: Peniru estrogen ini ditemukan dalam makanan nabati seperti legum, terutama kacang kedelai dan produk kedelai seperti tahu, tempe, dan edamame. 
  • Dioksin: Dioksin adalah polutan lingkungan yang merupakan produk sampingan dari proses industri, seperti peleburan dan pemutihan klorin, serta kejadian alam seperti kebakaran hutan dan letusan gunung berapi.

Masalah Kesehatan yang Disebabkan oleh Pengganggu Endokrin

Meskipun tidak ada gejala gangguan endokrin yang spesifik, zat kimia pengganggu hormon dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan. Di antaranya:

  • Infertilitas dan masalah reproduksi pada pria dan wanita, seperti endometriosis dan sindrom polikistik ovarium (PCOS)
  • Gangguan siklus menstruasi, termasuk PMS, kram, dan menstruasi berat
  • Menopause dini4 
  • Pubertas dini
  • Masalah perkembangan saraf janin dapat menyebabkan gangguan defisit perhatian (ADHD), autisme, disfungsi kognitif, dan masalah perilaku5 
  • Diabetes, obesitas, penyakit kardiovaskular, dan sindrom metabolis6 
  • Penyakit tiroid, termasuk tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme), tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme), dan kanker tiroid7 
  • Kanker, terutama kanker yang berhubungan dengan hormon seperti kanker payudara, prostat, dan ovarium
  • Sindrom Cushing adalah kelainan endokrin yang terjadi saat tubuh memproduksi terlalu banyak hormon stres kortisol, dan kadarnya tetap tinggi dalam jangka waktu lama
  • Penyakit Addison (alias defisiensi adrenal) merupakan gangguan endokrin yang terjadi saat kelenjar adrenal tidak menghasilkan hormon steroid dalam jumlah yang mencukupi
  • Penyakit Parkinson dan Alzheimer

Cara Menghindari Pengganggu Endokrin

Anda dapat mengambil berbagai langkah untuk menghindari pengganggu endokrin dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi, produk rumah tangga, dan perlengkapan mandi. Baca terus untuk mengetahui tip menjaga kesehatan Anda.

Perhatikan Apa yang Anda Makan dan Minum

Hindari Pestisida

Pestisida banyak digunakan dalam produksi pangan konvensional untuk mengendalikan hama seperti serangga, gulma, dan jamur. Environmental Working Group menganalisis 46 buah dan sayur konvensional dan menemukan 12 buah dan sayur berikut (yakni “Dirty Dozen™”) yang paling terkontaminasi pestisida: stroberi, bayam, kubis dan sawi hijau, anggur, persik, pir, nektarin, apel, paprika dan cabai, ceri, bluberi, dan buncis.8 

Belilah Makanan Organik Bila Memungkinkan

Jika Anda menggunakan produk konvensional, cucilah dengan bersih menggunakan pencuci buah dan sayur atau larutan soda kue. 

Untuk produk hewani, belilah yang organik juga. EDC dapat menumpuk dalam sel-sel lemak pada daging, unggas, serta produk olahan susu. Petani organik menyediakan pakan organik kepada hewan mereka, dan hewan-hewan dibesarkan tanpa antibiotik atau hormon pertumbuhan sintetis.9 Jika Anda mengonsumsi produk hewani konvensional, pilih potongan daging tanpa lemak dan produk olahan susu rendah lemak.

Hindari Makanan Kaleng dan Kemasan Plastik

Kaleng biasanya dilapisi dengan BPA untuk mencegah korosi. Plastik dapat melepaskan EDC seperti BPA dan ftalat. Pilihlah makanan segar atau makanan yang dikemas dalam kaca atau karton aseptik. Pembungkus dari Lilin Lebah merupakan alternatif alami yang baik untuk plastik pembungkus. 

Pilih Makanan Laut dengan Bijak

Makanan laut dapat mengandung beberapa pengganggu hormon, termasuk merkuri, pestisida, dan BFR.10 Untuk mengurangi paparan, kurangi konsumsi ikan besar yang berada pada tingkatan lebih tinggi dalam rantai makanan, seperti ikan tuna dan todak. Kemungkinan besar ikan tersebut mengandung EDC. Sebaliknya, makanlah lebih banyak ikan yang lebih kecil, seperti ikan sarden atau teri, yang umumnya mengandung lebih sedikit EDC. 

Pastikan Anda mendapatkan asupan asam lemak omega-3 yang mencukupi dengan mengonsumsi asam lemak omega-3 atau suplemen minyak ikan, yang umumnya rendah merkuri dan PCB.11 Anda juga dapat meningkatkan asupan makanan lain yang tinggi asam lemak omega-3, seperti kacang kenaribiji rami, minyak biji rami, dan biji chia.

Makan di Rumah

Sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 10.000 orang yang mengamati paparan ftalat menemukan hubungan positif antara makan di luar dan tingkat pengganggu androgen.12 Makanan cepat saji dan kemasan makanan cepat saji juga merupakan sumber potensial EDC.13 

Hindari Alat Masak dan Peralatan Dapur Antilengket

Gunakan alat masak dari baja tahan karat atau besi, dan perkakas dari baja tahan karat atau kayu sebagai pengganti peralatan antilengket. Jangan memanaskan makanan dalam wadah plastik di microwave, gunakanlah wadah kaca. Simpan makanan di wadah kaca atau baja tahan karat.

Minum Air yang Disaring

Air keran dapat menjadi sumber utama EDCS.14 Untuk mengurangi paparan, saring air keran dan gunakan botol air dari baja tahan karat sebagai pengganti botol plastik yang dapat digunakan kembali.

Katakan YA untuk Kebersihan, tetapi TIDAK untuk Produk Rumah Tangga Konvensional

Salah satu cara terbaik untuk menghindari EDC (dan penyakit menular) adalah dengan sering mencuci tangan, terutama sebelum makan. Pastikan untuk menggunakan sabun alami, bukan sabun antibakteri, yang bebas dari pewangi buatan. 

Kurangi jumlah racun yang memasuki rumah dengan melepas sepatu di depan pintu masuk rumah. Gunakan penyedot debu dengan filter HEPA untuk menghilangkan EDC di rumah Anda.  

Ganti produk pembersih rumah tangga konvensional, termasuk tisu basah, detergen, pembersih mangkuk kloset, dan disinfektan, dengan produk pembersih “hijau” atau “alami”. Sebuah penelitian menemukan bahwa wanita yang menggunakan produk pemutih konvensional, tisu disinfektan, dan sabun cuci piring memiliki konsentrasi udara yang lebih tinggi dari beberapa senyawa organik yang mudah menguap, termasuk kloroform, karbon tetraklorida, dan dioksana, dibandingkan wanita yang tidak menggunakan produk ini.15 

Pilihan lain yang bebas EDC meliputi: 

  • Cuka: cocok untuk membersihkan meja dapur, toilet, dan permukaan kaca
  • Soda kue: cocok untuk menghilangkan noda dan bau
  • Sabun Castile: campurkan dengan air untuk membersihkan rumah dan peliharaan Anda

Daripada menggunakan pengharum ruangan buatan yang dapat mengandung pengganggu hormon seperti ftalat, belilah minyak esensial dan diffuserMinyak esensial memiliki sifat antimikrob, yang mampu mendisinfeksi rumah Anda dengan baik.16 Minyak esensial yang bagus sebagai disinfektan meliputi pohon teheucalyptuslemonpepermin, dan serai

Pilih Produk Perawatan Pribadi dan Perlengkapan Mandi dengan Hati-Hati

Sama halnya dengan produk pembersih, ada banyak produk perawatan pribadi konvensional yang mengandung pengganggu hormon. Bahan kimia, beberapa di antaranya merupakan EDC, sering ditambahkan ke dalam produk seperti sampo, sabun, dan gel mandi agar aromanya “sedap”, memiliki sifat antibakteri, dan/atau berbusa. 

Potensi EDC dalam produk perawatan pribadi meliputi: 

  • PFA: ditambahkan ke dalam beberapa kosmetik seperti pelembap dan alas bedak serta digunakan dalam beberapa jenis benang gigi 
  • Triclosan: digunakan sebagai disinfektan dalam beberapa pasta gigi dan obat kumur
  • Paraben: ditambahkan ke dalam beberapa kosmetik, produk rambut, losion kulit, krim cukur, dan tabir surya

Produk menstruasi seperti tampon dan pembalut sekali pakai juga dapat mengandung ftalat, pestisida, dan bisphenol. 

Baca Label

Hindari produk yang mengandung ftalat, PFAS (bahannya mengandung “fluoro”), paraben, oxybenzone (digunakan dalam tabir surya), dan kata “wewangian,” yang biasanya berarti produk tersebut mengandung banyak bahan kimia. 

Pilih Produk yang Tidak Beraroma dan Ramah Lingkungan

Carilah label ramah lingkungan dan label seperti “bebas PFAS,” “bebas klorin,” dan “bebas paraben.”17 Hal ini terutama penting untuk produk yang Anda gunakan secara teratur, seperti sampokondisionerkrim cukurcat kukupasta gigibenang gigitabir surya, dan pelembap. Gunakan tampon dan pembalut berbahan kapas organik, pembalut kain yang dapat dipakai lagi, atau cangkir menstruasi sebagai pengganti produk menstruasi konvensional.

Poin Penting

Intinya adalah Anda harus menyadari di mana EDC berada. Setelah itu, ubah secara bertahap pola makan Anda, jenis wadah kemasan, produk pembersih, serta produk perawatan pribadi. Mulailah dengan mengonsumsi lebih banyak makanan segar, organik, dan tidak diproses. Hindari wadah dan kemasan plastik sebisa mungkin, dan ganti produk perawatan pribadi Anda dengan alternatif alami. Dengan begitu, Anda akan memberikan manfaat yang baik bagi tubuh dan lingkungan.

Referensi:

  1. Diamanti-Kandarakis E, Bourguignon JP, Giudice LC, et al. Endocrine-Disrupting Chemicals: An Endocrine Society Scientific Statement. Endocr Rev. 2009;30(4):293. 
  2. Patisaul HB. Endocrine disruption by dietary phyto-oestrogens: impact on dimorphic sexual systems and behaviours. Proc Nutr Soc. 2017;76(2):130. 
  3. Common EDCs and Where They Are Found | Endocrine Society. Accessed June 25, 2024. 
  4. Grindler NM, Allsworth JE, Macones GA, Kannan K, Roehl KA, Cooper AR. Persistent organic pollutants and early menopause in U.S. women. PLoS One. 2015;10(1). 
  5. Di Pietro G, Forcucci F, Chiarelli F. Endocrine Disruptor Chemicals and Children’s Health. Int J Mol Sci. 2023;24(3):2671. 
  6. Gore AC, Chappell VA, Fenton SE, et al. Executive Summary to EDC-2: The Endocrine Society’s second Scientific Statement on endocrine-disrupting chemicals. Endocr Rev. 2015;36(6):593-602. 
  7. Murthy MB, Murthy BK. Thyroid disruptors and their possible clinical implications. Indian J Pharmacol. 2012;44(4):542. 
  8. EWG’s 2024 Shopper’s Guide to Pesticides in Produce | Dirty Dozen. Accessed June 30, 2024. 
  9. How are animals raised organically? | OTA. Accessed June 30, 2024. 
  10. Cunha SC, Menezes-Sousa D, Mello F V., et al. Survey on endocrine-disrupting chemicals in seafood: Occurrence and distribution. Environ Res. 2022;210:112886. 
  11. Is Fish Oil Safe? What About the Mercury? - ConsumerLab.com. Accessed June 30, 2024. 
  12. Varshavsky JR, Morello-Frosch R, Woodruff TJ, Zota AR. Dietary sources of cumulative phthalates exposure among the U.S. general population in NHANES 2005–2014. Environ Int. 2018;115:417-429. 
  13. Zota AR, Phillips CA, Mitro SD. Recent Fast Food Consumption and Bisphenol A and Phthalates Exposures among the U.S. Population in NHANES, 2003–2010. Environ Health Perspect. 2016;124(10):1521. 
  14. Gonsioroski A, Mourikes VE, Flaws JA. Endocrine Disruptors in Water and Their Effects on the Reproductive System. Int J Mol Sci. 2020;21(6). 
  15. Calderon L, Maddalena R, Russell M, et al. Air concentrations of volatile organic compounds associated with conventional and “green” cleaning products in real-world and laboratory settings. Indoor Air. 2022;32(11). 
  16. Bailey ES, Curcic M, Biros J, Erdogmuş H, Bac N, Sacco A. Essential Oil Disinfectant Efficacy Against SARS-CoV-2 Microbial Surrogates. Front Public Health. 2021;9:783832. 
  17. Introduction to Ecolabels and Standards for Greener Products | US EPA. Accessed July 1, 2024. 

PENAFIAN:PUSAT KESEHATAN tidak dimaksudkan untuk memberikan diagnosis... Baca Selengkapnya