Preferensi Anda telah diperbarui untuk sesi ini. Untuk mengubah pengaturan akun Anda secara permanen, buka Akun Saya
Sebagai pengingat, Anda dapat memperbarui negara atau bahasa kapan saja di Akun Saya
> beauty2 heart-circle sports-fitness food-nutrition herbs-supplements pageview
Klik untuk melihat Pernyataan Aksesibilitas kami
Aplikasi iHerb
checkoutarrow
ID

Kualitas Tidur: 4 Alasan Penting dan Cara Mendapatkannya

34,030 Dilihat

anchor-icon Daftar Isi dropdown-icon
anchor-icon Daftar Isi dropdown-icon

Ketika Anda tidur nyenyak, tidur menjadi hal yang dianggap sepele. Namun, kita tidak harus mengalami insomnia untuk mengingatkan kita betapa pentingnya tidur bagi kehidupan kita. Meskipun tidur memiliki efek yang jelas pada tingkat energi, tidur ternyata jauh lebih dari itu.

Penelitian menunjukkan bahwa masalah tidur dapat berkontribusi pada masalah kesehatan lainnya termasuk migrain, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, demensia, penyakit Parkinson, gangguan suasana hati, dan obesitas. 

4 Alasan untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Anda 

Tidur memiliki efek penyeimbang dan restoratif pada otak dan tubuh. Mari kita periksa dua jenis tidur yang utama: tidur nyenyak dan tidur ayam (REM). Tidur REM tampaknya penting untuk memproses daya ingat dan memperkuat pembelajaran. Tidur nyenyak lebih restoratif. Kualitas tidur mencakup banyak faktor, termasuk seberapa cepat seseorang tertidur, kualitas serta jumlah REM dan tidur nyenyak, serta bagaimana perasaan seseorang saat bangun tidur.

1. Kurang Tidur, Gula Darah, dan Obesitas

Ketika kita tidak cukup tidur, efeknya bisa mulai menumpuk dan memiliki konsekuensi yang negatif. Selama tidur nyenyak, tubuh memasuki kondisi relaksasi yang dalam, seperti penurunan detak jantung, tekanan darah, dan stres pada sistem saraf. Tingkat hormon stres kortisol menurun saat hormon pertumbuhan dilepaskan.

Tanpa tidur nyenyak yang cukup, perubahan yang merugikan terjadi. Tingkat hormon stres yang lebih tinggi dari kurang tidur dapat berdampak pada gula darah. Ini meningkatkan risiko masalah gula darah, diabetes, dan obesitas. Kadar kortisol yang lebih tinggi juga akan meningkatkan tingkat stres secara keseluruhan di siang hari.

Kurang tidur juga dengan cepat memengaruhi dua hormon yang berhubungan dengan pengendalian nafsu makan: ghrelin dan leptin. Hanya kurang tidur selama beberapa malam, kadar leptin menurun dan kadar ghrelin meningkat, mengintensifkan rasa lapar dan nafsu makan. Perubahan ini berkontribusi langsung pada obesitas. Masalah tidur telah dikaitkan dengan obesitas pada anak-anak. Untuk orang dewasa, setiap jam tidur kurang dari rata-rata 7 jam per malam meningkatkan risiko obesitas sebesar 9%.

2. Tidur dan Kesehatan Mental

Kurang tidur juga bisa memiliki dampak negatif yang mendalam terhadap otak dan sistem saraf. Ketika seseorang tidur, otak membangun kembali simpanan glikogen. Glikogen menawarkan cadangan energi yang memberikan dukungan untuk tingkat fungsi otak yang lebih intens pada saat dibutuhkan. Saat glikogen tetap rendah, sakit kepala migrain lebih mungkin terjadi.

Penelitian seputar kurang tidur yang berulang menunjukkan perubahan pada otak. Hippocampus, amigdala, dan korteks prefrontal, area di otak yang berhubungan dengan stres dan daya ingat, menjadi rusak. Subjek mengalami masalah pada daya ingat serta menjadi lebih cemas dan agresif. Saat dikombinasikan dengan masalah gula darah, ini dapat memperburuk kerusakan jangka panjang dan kemungkinan dapat meningkatkan risiko demensia serta penurunan kognitif.

Selama tidur, otak melakukan pembersihan. Limbah metabolisme dibuang dan pertahanan antioksidan meningkat. Jika fungsi-fungsi ini terganggu, hal itu dapat berkontribusi pada kerusakan sel otak dan kematian sel otak. Kerusakan yang disebabkan oleh masalah tidur kronis kemungkinan berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit Parkinson dan masalah lain pada fungsi otak.

3. Tidur dan Kesehatan Jantung

Masalah tidur dan insomnia kronis juga tampaknya memperburuk risiko penyakit jantung. Masalah tekanan darah masih sangat dipengaruhi oleh kurang tidur. Sebuah penelitian menemukan bahwa untuk setiap jam yang hilang dari tidur malam yang cukup, risiko hipertensi meningkat sebesar 37%. Namun, tidak semua penelitian menemukan korelasi yang begitu mencolok. Peningkatan hormon stres akibat kurang tidur, setidaknya dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Sayangnya, masalah tidur juga memiliki efek negatif lain pada kesehatan jantung. Seperti yang telah disebutkan, gangguan tidur dapat menyebabkan penurunan antioksidan dan meningkatkan kerusakan radikal bebas. Selain itu, Anda akan sering mengalami peningkatan peradangan. Lapisan pembuluh darah di seluruh tubuh dapat mengalami masalah karena peningkatan produksi endotelin, molekul sinyal yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. Hal ini dapat berkontribusi pada pembentukan plak di sepanjang arteri, penyebab utama penyakit jantung.

4. Tidur dan Fungsi Imun

Sudah sejak lama diketahui bahwa gangguan tidur dapat menyebabkan masalah terhadap fungsi imun. Sebuah studi baru-baru ini bahkan mengimplikasikan kerja bergilir dan gangguan tidur berkontribusi pada peningkatan risiko infeksi virus, termasuk virus corona.

Kurang tidur memengaruhi fungsi imun dalam beberapa cara yang merugikan, termasuk peningkatan tingkat peradangan. Peningkatan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan kronis lainnya, karena Peradangan merupakan komponen umum yang mendasari sebagian besar kondisi kesehatan kronis.

Pengobatan Standar untuk Insomnia

Terapi obat untuk tidur sering kali mencakup obat antihistamin seperti Benadryl atau obat penenang yang lebih kuat, seperti Ambien dan Xanax. Sayangnya, korelasi terkait telah ditemukan yang menghubungkan obat tidur dengan peningkatan risiko kematian. Sebuah penelitian besar menemukan bahwa setiap penggunaan obat tidur pada akhirnya menggandakan risiko kematian. Penggunaan obat tidur tipe sedatif telah dikaitkan dengan peningkatan kematian akibat masalah pernapasan, infeksi, gangguan suasana hati, dan kecelakaan.

Meskipun mungkin sepadan dengan peningkatan risikonya jika obat tidur bekerja dengan baik, tampaknya bukan itu masalahnya. Dalam sebuah penelitian, salah satu obat tidur yang lebih populer hanya terbukti meningkatkan durasi tidur rata-rata 11 menit per malam. Lebih aman, opsi yang lebih efektif untuk mengobati insomnia akan lebih baik.

8 Faktor Gaya Hidup yang Memengaruhi Tidur

Meskipun penelitiannya agak beragam, ada rekomendasi umum untuk meningkatkan kualitas tidur yang tampaknya cukup membantu. Pendekatan non-obat ini meliputi:

  1. Memiliki waktu tidur yang konsisten
  2. Berolahraga atau melakukan aktivitas fisik di siang hari
  3. Menjaga kamar tidur tetap gelap saat tidur di malam hari
  4. Menghindari tidur siang lebih dari 15 menit di siang hari
  5. Menghindari alkohol atau nikotin sebelum tidur
  6. Membatasi konsumsi kafein di pagi hari
  7. Menjaga porsi makan malam agar lebih sedikit dan tidak terlalu dekat dengan waktu tidur
  8. Menyingkirkan komputer, televisi, dan ponsel dari kamar tidur

Selain pendekatan ini, banyak alat bantu tidur alami yang sudah mulai menunjukkan beberapa potensi dalam penelitian yang dipublikasikan.

Suplemen Alami untuk Meningkatkan Kualitas Tidur

Melatonin

Saat gelap, tubuh kita secara alami memproduksi hormon tidur melatonin. Melatonin merupkan antioksidan kuat dan molekul antiinflamasi yang tidak hanya meningkatkan kualitas tidur tetapi dapat membantu mencegah berbagai kondisi kesehatan lainnya. Melatonin juga tampaknya cukup aman dengan efek samping yang sangat minim.

Sebagian besar bukti yang dipublikasikan menunjukkan melatonin dapat mendukung tidur yang lebih baik. Melatonin biasanya membantu seseorang tertidur dan mengurangi keparahan insomnia. Meskipun penelitian tidak menemukan manfaat yang signifikan, beberapa orang mungkin mengalami masalah dengan jenis atau formulasi melatonin yang diberikan karena formulasi yang berbeda tidak selalu ditandai dengan baik.

Melatonin – Bukan Hanya untuk Tidur: Baca selengkapnya.

Obat Penenang Herbal

Valerianpassifloralemon balmlavenderkamomilkulit pohon magnolia, dan poppy California adalah herbal yang telah terbukti memiliki sifat penenang atau menenangkan. Meskipun sebagian besar tanaman ini tidak memiliki cukup data uji klinis pada manusia untuk menarik kesimpulan tegas, penelitian pada hewan dan uji klinis awal dalam beberapa kasus menunjukkan bahwa tanaman-tanaman ini dapat membantu mengobati insomnia yang disebabkan oleh stres.

Tanaman herbal yang terdaftar, bila digunakan dengan benar, juga memiliki batas keamanan yang wajar. Namun, biasakan untuk selalu berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter sebelum memulai herbal atau suplemen apa pun, terutama jika Anda sedang menjalani pengobatan atau memiliki kondisi kesehatan kronis.

Herbal Terbaik untuk Membantu Mengatasi Stres: Baca selengkapnya.

Terapi Asam Amino untuk Tidur

Beberapa asam amino mungkin juga memiliki potensi untuk mengobati insomnia. Triptofanasam gamma-aminobutirat (GABA), dan glisin memiliki sifat sedatif yang berpotensi membantu Anda mendapatkan tidur malam yang nyenyak.

Panduan Utama untuk Asam Amino: Baca selengkapnya.

Triptofan

Kantuk setelah makan besar kalkun sering dikaitkan dengan kandungan triptofannya. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi triptofan yang lebih tinggi dari makanan tampaknya berkorelasi dengan suasana hati yang lebih baik, tingkat kecemasan yang lebih rendah, dan kualitas tidur yang lebih baik. Uji klinis langsung dengan triptofan juga menunjukkan perbaikan pada penderita insomnia saat diberi triptofan sebelum tidur.

Triptofan tampaknya cukup aman bila digunakan dalam jumlah yang wajar: di bawah empat gram sehari. Namun, triptofan merupakan prekursor serotonin, dan individu yang menggunakan obat yang memengaruhi kadar serotonin, seperti antidepresan, harus berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan sebelum mengonsumsi asam amino.

GABA dan Glisina

GABA dan glisina merupakan asam amino yang juga bertindak sebagai neurotransmitter, mirip dengan serotonin atau dopamin. Kedua asam amino tersebut berfungsi untuk menghambat atau memperlambat aktivitas otak. Berdasarkan fungsi penghambatannya, tidak mengherankan jika keduanya terbukti memiliki manfaat untuk tidur. Banyak alat bantu tidur resep standar yang secara langsung memengaruhi sistem GABA.

Sebuah penelitian seputar GABA terhadap insomnia menemukan bahwa kualitas tidur subjektif dan kemanjuran tidur objektif meningkat dengan suplementasi pada malam hari. Sebuah tinjauan baru-baru ini dari semua penelitian seputar GABA untuk tidur menunjukkan bahwa untuk insomnia, GABA pada dasarnya membantu seseorang tertidur. Efeknya tampaknya dimediasi melalui sifat relaksasi dari asam amino itu sendiri. Mirip dengan obat penenang herbal yang telah disebutkan, Jika stres membuat Anda tetap terjaga, GABA mungkin dapat membantu.

Untuk glisina, penelitiannya juga terbatas, tetapi cukup menjanjikan. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa glisina yang diberikan secara oral dapat secara efektif meningkatkan kadar glisina di otak. Tak lama setelah diberi glisina, suhu inti tubuh menurun. Penurunan suhu ini kemungkinan terkait dengan tidur yang lebih baik karena suhu tubuh inti biasanya menurun sebelum tidur. Dalam percobaan pada manusia, glisina terbukti meningkatkan skor tidur subjektif dan objektif tanpa menyebabkan kantuk saat bangun.

Poin Penting

Tidur tetap penting untuk kesehatan kita sehari-hari dan jangka panjang. Mempertimbangkan jumlah penderita insomnia dan kemungkinan efek samping dari obat tidur resep standar, maka diperlukan adanya opsi lain. Untungnya, penelitian terbaru menunjukkan bahwa banyak alat bantu tidur alami, termasuk melatonin, produk herbal, dan asam amino berpotensi meningkatkan kualitas tidur dengan efek samping yang sangat minim.

6‌ ‌Suplemen‌ ‌Alami‌ ‌Terbaik‌ ‌untuk‌ ‌Tidur‌ ‌Berkualitas‌: Baca selengkapnya.

Referensi:

  1. Rechtschaffen A, Bergmann BM. Sleep deprivation in the rat: an update of the 1989 paper. Sleep. 2002;25(1):18-24. doi:10.1093/sleep/25.1.18
  2. Winson J. The biology and function of rapid eye movement sleep. Curr Opin Neurobiol. 1993;3(2):243-248. doi:10.1016/0959-4388(93)90217-m
  3. Van Cauter E, Spiegel K, Tasali E, Leproult R. Metabolic consequences of sleep and sleep loss. Sleep Med. 2008;9 Suppl 1(0 1):S23-S28. doi:10.1016/S1389-9457(08)70013-3
  4. Spiegel K, Tasali E, Penev P, Van Cauter E. Brief communication: Sleep curtailment in healthy young men is associated with decreased leptin levels, elevated ghrelin levels, and increased hunger and appetite. Ann Intern Med. 2004;141(11):846-850. doi:10.7326/0003-4819-141-11-200412070-00008
  5. Miller MA, Bates S, Ji C, Cappuccio FP. Systematic review and meta-analyses of the relationship between short sleep and incidence of obesity and effectiveness of sleep interventions on weight gain in preschool children. Obes Rev. 2021;22(2):e13113. doi:10.1111/obr.13113
  6. Zhou Q, Zhang M, Hu D. Dose-response association between sleep duration and obesity risk: a systematic review and meta-analysis of prospective cohort studies. Sleep Breath. 2019;23(4):1035-1045. doi:10.1007/s11325-019-01824-4
  7. Petit JM, Eren-Koçak E, Karatas H, Magistretti P, Dalkara T. Brain glycogen metabolism: A possible link between sleep disturbances, headache and depression [published online ahead of print, 2021 Jan 29]. Sleep Med Rev. 2021;59:101449. doi:10.1016/j.smrv.2021.101449
  8. McEwen BS. Sleep deprivation as a neurobiologic and physiologic stressor: Allostasis and allostatic load. Metabolism. 2006;55(10 Suppl 2):S20-S23. doi:10.1016/j.metabol.2006.07.008
  9. Yang Z, Zhang X, Li C, Chi S, Xie A. Molecular mechanisms underlying reciprocal interactions between sleep disorders and Parkinson's Disease. Front Neurosci. 2021;14:592989. Published 2021 Feb 10. doi:10.3389/fnins.2020.592989
  10. Knutson KL, Van Cauter E, Rathouz PJ, et al. Association between sleep and blood pressure in midlife: the CARDIA sleep study. Arch Intern Med. 2009;169(11):1055-1061. doi:10.1001/archinternmed.2009.119
  11. Ramos AR, Weng J, Wallace DM, et al. Sleep patterns and hypertension using actigraphy in the Hispanic community health study/study of Latinos. Chest. 2018;153(1):87-93. doi:10.1016/j.chest.2017.09.028
  12. Yuan R, Wang J, Guo L. The effect of sleep deprivation on coronary heart disease. Chin Med Sci J. 2016;31(4):247-253. doi:10.1016/s1001-9294(17)30008
  13. Silva FRD, Guerreiro RC, Andrade HA, Stieler E, Silva A, de Mello MT. Does the compromised sleep and circadian disruption of night and shiftworkers make them highly vulnerable to 2019 coronavirus disease (COVID-19)?. Chronobiol Int. 2020;37(5):607-617. doi:10.1080/07420528.2020.1756841
  14. Sivertsen B, Madsen IE, Salo P, Tell GS, Øverland S. Use of sleep medications and mortality: The Hordaland health study. Drugs Real World Outcomes. 2015;2(2):123-128. doi:10.1007/s40801-015-0023-8
  15. Kripke DF. Hypnotic drug risks of mortality, infection, depression, and cancer: but lack of benefit. F1000Res. 2016;5:918. Published 2016 May 19. doi:10.12688/f1000research.8729.3
  16. Buscemi N, Vandermeer B, Friesen C, et al. The efficacy and safety of drug treatments for chronic insomnia in adults: a meta-analysis of RCTs. J Gen Intern Med. 2007;22(9):1335-1350. doi:10.1007/s11606-007-0251-z
  17. Moroni I, Garcia-Bennett A, Chapman J, Grunstein RR, Gordon CJ, Comas M. Pharmacokinetics of exogenous melatonin in relation to formulation, and effects on sleep: A systematic review [published online ahead of print, 2021 Jan 21]. Sleep Med Rev. 2021;57:101431. doi:10.1016/j.smrv.2021.101431
  18. Cho JH, Bhutani S, Kim CH, Irwin MR. Anti-inflammatory effects of melatonin: A systematic review and meta-analysis of clinical trials [published online ahead of print, 2021 Feb 10]. Brain Behav Immun. 2021;S0889-1591(21)00038-6. doi:10.1016/j.bbi.2021.01.034
  19. Baglioni C, Bostanova Z, Bacaro V, et al. A systematic review and network meta-analysis of randomized controlled trials evaluating the evidence base of melatonin, light exposure, exercise, and complementary and alternative medicine for patients with insomnia disorder. J Clin Med. 2020;9(6):1949. Published 2020 Jun 22. doi:10.3390/jcm9061949
  20. Bruni O, Ferini-Strambi L, Giacomoni E, Pellegrino P. Herbal remedies and their possible effect on the GABAergic system and sleep. Nutrients. 2021;13(2):530. Published 2021 Feb 6. doi:10.3390/nu13020530
  21. Shinjyo N, Waddell G, Green J. Valerian root in treating sleep problems and associated disorders-A systematic review and meta-analysis. J Evid Based Integr Med. 2020;25:2515690X20967323. doi:10.1177/2515690X20967323
  22. Wheatley D. Medicinal plants for insomnia: a review of their pharmacology, efficacy and tolerability. J Psychopharmacol. 2005;19(4):414-421. doi:10.1177/0269881105053309
  23. Friedman M. Analysis, nutrition, and health benefits of tryptophan. Int J Tryptophan Res. 2018;11:1178646918802282. Published 2018 Sep 26. doi:10.1177/1178646918802282
  24. van Dalfsen JH, Markus CR. The serotonin transporter gene-linked polymorphic region (5-HTTLPR) and the sleep-promoting effects of tryptophan: A randomized placebo-controlled crossover study. J Psychopharmacol. 2019;33(8):948-954. doi:10.1177/0269881119855978
  25. Byun JI, Shin YY, Chung SE, Shin WC. Safety and efficacy of gamma-aminobutyric acid from fermented rice germ in patients with insomnia symptoms: A randomized, double-blind trial. J Clin Neurol. 2018;14(3):291-295. doi:10.3988/jcn.2018.14.3.291
  26. Hepsomali P, Groeger JA, Nishihira J, Scholey A. Effects of oral gamma-aminobutyric acid (GABA) administration on stress and sleep in humans: A Systematic Review. Front Neurosci. 2020;14:923. Published 2020 Sep 17. doi:10.3389/fnins.2020.00923
  27. Bannai M, Kawai N. New therapeutic strategy for amino acid medicine: glycine improves the quality of sleep. J Pharmacol Sci. 2012;118(2):145-148. doi:10.1254/jphs.11r04fm

PENAFIAN:PUSAT KESEHATAN tidak dimaksudkan untuk memberikan diagnosis... Baca Selengkapnya