Preferensi Anda telah diperbarui untuk sesi ini. Untuk mengubah pengaturan akun Anda secara permanen, buka Akun Saya
Sebagai pengingat, Anda dapat memperbarui negara atau bahasa kapan saja di Akun Saya
> beauty2 heart-circle sports-fitness food-nutrition herbs-supplements pageview
Klik untuk melihat Pernyataan Aksesibilitas kami
Aplikasi iHerb
checkoutarrow
ID

Memilih Suplemen Probiotik Terbaik bagi Anda

126,809 Dilihat

anchor-icon Daftar Isi dropdown-icon
anchor-icon Daftar Isi dropdown-icon

Dalam konteks pemilihan probiotik, sulit untuk menemukan yang terbaik. Ada begitu banyak jenis dan strain yang berbeda di pasaran. Dan, meskipun pengetahuan seputar probiotik telah berkembang pesat selama satu dekade terakhir, hampir 20.000 laporan ilmiah terkait masalah ini telah diterbitkan dalam 10 tahun terakhir, artinya kita masih harus terus memahami sejauh mana kegunaan dan manfaatnya. 

Lactobacillus acidophilus (La-14) 

Apalah arti sebuah nama?

Kultur probiotik umumnya memiliki tiga nama. Dalam contoh ini, Lactobacillus adalah “genus” dan acidophilus adalah “spesies”. Genus seperti keluarga besar (paman, bibi, dan sepupu) untuk bakteri sedangkan spesiesnya adalah keluarga dekat (orang tua, saudara kandung). La-14 mewakili identitas unik atau strain bakteri tersebut.

Probiotik tersedia dalam bentuk kapsul, kunyah, bubuk, dan terkadang formula bergetah. Probiotik dianggap aman untuk segala usia dan bagi siapa saja yang memiliki sistem imun yang berfungsi dengan baik. Mereka yang imunnya terganggu harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi probiotik. Saya pribadi lebih suka formulasi di mana pendinginan menjadi opsional karena cenderung lebih stabil.

Dosis minimum yang direkomendasikan untuk anak-anak dan orang dewasa umumnya 5 miliar CFU (unit pembentuk koloni). Remaja dan orang dewasa dapat mengonsumsi hingga 100 miliar CFU sekali atau dua kali per hari. Secara total, diperkirakan bahwa kebanyakan orang memiliki antara 40 hingga 50 triliun bakteri dalam tubuh mereka, sebagian besar di usus. Ini melebihi perkiraan 30 triliun sel manusia yang ada. 

Secara umum, probiotik dipertimbangkan dan digunakan untuk hal-hal berikut:

  • Membantu menenangkan masalah pencernaan 
  • Membantu meredakan kolik infantil
  • Mengendalikan sindrom iritasi usus besar
  • Mengendalikan penyakit Crohn dan kolitis ulserativa
  • Mencegah infeksi saluran kemih
  • Mencegah infeksi jamur

Namun, penelitian saat ini menunjukkan bahwa probiotik juga dapat membantu mengatasi kondisi lainnya.

Jerawat

Jika ada satu masalah medis yang menimpa remaja dan dewasa muda lebih dari yang lain, kondisi itu adalah jerawat. Disebabkan oleh kelebihan sebum, sekresi berminyak yang dihasilkan oleh kelenjar sebaceous kulit, dan sel-sel kulit mati yang menyumbat folikel rambut, “jerawat” sering muncul di area wajah, tetapi juga bisa muncul di sekitar leher, punggung, dada, dan bahu. 

Mereka yang berjerawat diduga memiliki mikrobioma usus yang sudah berubah, yang tampaknya memengaruhi kesehatan kulit (artikel sebelumnya telah membahaspendekatan alami untuk jerawat). Studi tahun 2018 menunjukkan, orang-orang yang memiliki masalah jerawat memiliki tingkat bakteri firmicutes yang lebih rendah di usus mereka, tetapi tingkat bacteroides-nya lebih tinggi. Mengembalikan keseimbangan usus merupakan langkah penting untuk mengobati jerawat. 

Menurut penelitian, bakteri usus yang paling berkurang secara signifikan pada mereka yang berjerawat adalah spesies bakteri yang dikenal sebagai clostridia, lachnospiraceae, dan ruminococcaceae, yang diyakini sebagai bakteri menguntungkan. Para peneliti menyimpulkan bahwa pasien dengan acne vulgaris mengalami dysbiosis atau ketidakseimbangan mikroba usus. 

Menurut studi tahun 2018, mereka yang berjerawat memiliki tingkat bakteri berikut yang lebih rendah di usus mereka: bifidobacterium, butyricicoccus, coprobacillus, laktobasilus, dan allobaculum. Mengonsumsi makanan sehat disertai dengan konsumsi formula probiotik yang komprehensif mendorong usus yang sehat dan dapat membantu orang-orang yang memilik masalah jerawat. 

Kecemasan

Kecemasan menyiksa jutaan orang di seluruh dunia. Kecemasan hadir dalam berbagai bentuk dengan gejala dan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Tidak jarang pasien mengunjungi ruang gawat darurat karena mengalami nyeri dada, sakit kepala, sakit perut, atau bahkan jantung berdebar hanya untuk mengetahui apakah mereka menderita gejala kecemasan. Sepanjang karier saya, saya telah menangani ratusan pasien yang mengira mereka mengalami serangan jantung, dan pada akhirnya, tes menunjukkan jantung mereka baik-baik saja, dan kecemasan adalah penyebabnya. 

Banyak orang beralih ke obat resep untuk membantu mengendalikan kecemasan kronis atau, mungkin, untuk membantu melewati serangan kecemasan akut. Meskipun bermanfaat, obat resep tidak selalu merupakan jawaban dan harus digunakan dengan sangat hati-hati, dan penggunaannya harus selalu berada di bawah pengawasan dokter. 

Studi tahun 2011 menunjukkan manfaat dari bifidobacterium longum dalam mengendalikan gejala kecemasan. Demikian pula, studi tahun 2016 pada Nutrition Research menunjukkan manfaat psikologis probiotik pada orang-orang yang memiliki gejala kecemasan dan depresi. Studi tahun 2017 berikutnya menyimpulkan bahwa konsumsi probiotik dapat memiliki “efek positif pada gejala psikologis depresi, kecemasan, dan stres yang dirasakan pada sukarelawan manusia yang sehat.”

Namun, studi yang dilakukan pada tahun 2018 tidak menunjukkan hasil yang positif. Para peneliti menemukan bahwa “Bukti kemanjuran probiotik dalam mengurangi kecemasan, seperti yang disajikan dalam RCT yang diterbitkan saat ini, tidaklah cukup. Bukti yang lebih andal dari uji klinis diperlukan sebelum membentuk sebuah kasus untuk mempromosikan penggunaan probiotik untuk mengurangi kecemasan.”

Bagi mereka yang menderita kecemasan, pola makan sehat, olahraga teratur, danprobiotik sering direkomendasikan. 

Sembelit 

Sembelit, jarang buang air besar atau kesulitan buang air besar, merupakan masalah medis umum, yang memengaruhi hingga 20 persen populasi. Umumnya penderita sembelit mengalami buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu, kondisi ini dianggap kronis jika berlangsung selama lebih dari dua minggu. Sering kali, seseorang yang menderita sembelit akan berakhir di ruang gawat darurat karena rasa sakit dan ketidaknyamanan yang parah. 

Meskipun sembelit merupakan kondisi yang umum, hal ini tidak boleh diabaikan. Akar penyebabnya harus selalu dicari, terutama jika gejala tidak membaik setelah beberapa minggu pengobatan sendiri. Berkonsultasi dengan dokter penting untuk memastikan tidak ada kondisi kesehatan yang mendasari yang menjadi faktor penyebabnya.

Studi tahun 2014 pada American Journal of Clinical Nutrition mengevaluasi orang dewasa dengan sembelit. Meta-analisis ini melibatkan 1182 pasien dan menemukan bahwa probiotik mengurangi waktu transit usus hingga 12 jam dan meningkatkan frekuensi buang air besar sebesar 1,3 kali buang air besar per minggu. Secara khusus, strain bifidobacterium lactis meningkatkan buang air besar hingga 2,5 kali per minggu. 

Studi tahun 2017 di Tiongkok menunjukkan bahwa probiotik meningkatkan frekuensi buang air besar dan memiliki efek menguntungkan pada anak-anak. Strain utama yang digunakan adalah lactobacillus rhamnosus dan lactobacillus casei.

Diare

Diare sering terjadi pada mereka yang memiliki sindrom iritasi usus besar (IBS) dan juga merupakan efek samping yang umumnya dialami orang-orang yang menggunakan antibiotik. Saya memiliki pasien yang melaporkan hingga 10 kali buang air besar dalam periode 24 jam sebagai hal yang normal bagi mereka. Dalam kondisi ini, seseorang tidak mungkin menyerap nutrisi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan pikiran dan tubuh. Mencari penyebab utama diare sangat penting untuk mencegah penyakit tambahan yang mengganggu kesehatan dan bahkan yang lebih serius. 

Diare akibat penggunaan antibiotik sering kali disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari patogen yang disebut clostridium difficile. Jika tidak diobati, kondisi ini bisa mengancam jiwa. Komplikasi terjadi karena bakteri sehat dibunuh oleh antibiotik, memungkinkan pertumbuhan berlebih dari bakteri berbahaya. 

Studi tahun 2017 yang dilaporkan oleh Cochrane Review menemukan probiotik bermanfaat dalam mengobati diare. Para peneliti mengamati 39 penelitian yang secara total melibatkan 9.955 peserta dan menemukan bahwa penggunaan probiotik membantu mengurangi risiko diare terkait clostridium difficile. Para ilmuwan menyimpulkan, “Penggunaan probiotik jangka pendek tampaknya aman dan efektif bila digunakan bersama dengan antibiotik pada pasien yang tidak mengalami gangguan kekebalan atau sangat lemah.” Mereka yang menderita sakit parah harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsinya. 

Studi tahun 2019 pada Journal of Digestive Diseases mengevaluasi 10 uji coba terkontrol secara acak, yang mengikutsertakan 6.634 pasien. Para peneliti menemukan bahwa strain laktobasilus dari probiotik dapat mencegah diare terkait clostridium difficile (CDAD) dan diare terkait antibiotik (AAD).

Namun, bakteri tidak selalu menjadi penyebab diare, dan terkadang penyebabnya berasal dari virus. Misalnya, rotavirus menjadi penyebab umum diare virus pada anak, atau gastroenteritis. Jika tidak diobati, dehidrasi parah dan kematian dapat terjadi. 

Studi tahun 2002 menunjukkan bahwa pada “... anak-anak dari pusat penitipan anak yang mengalami gastroenteritis ringan, kombinasi Lactobacillus rhamnosus dan Lactobacillus reuteri efektif dalam mengurangi durasi diare.” Dengan kata lain, penggunaan suplemen probiotik pada anak-anak dapat membantu mengurangi efek diare yang disebabkan oleh virus. 

Studi tahun 2019 mengevaluasi 80 anak dengan diare cair, setengahnya diberi suplemen probiotik, sementara yang lainnya diberi plasebo. Anak-anak, yang rata-rata berusia 24 bulan, dipantau selama lima hari. Di akhir penelitian, disimpulkan bahwa probiotik “secara signifikan lebih efektif” dalam mengurangi frekuensi diare dibandingkan plasebo. 

Baik anak-anak maupun orang dewasa tampaknya mendapat manfaat dari suplementasi probiotik 

Depresi

Depresi merupakan gangguan suasana hati yang berhubungan dengan perasaan sedih dan kehilangan kesenangan dalam hidup. Depresi bisa menjadi sangat parah sehingga dapat menyebabkan perilaku menarik diri, penyalahgunaan zat, bahkan hingga bunuh diri. Di seluruh dunia, jutaan orang terkena depresi—depresi dapat terjadi pada siapa saja, pada usia berapa saja, dari segala latar belakang sosial dan ekonomi. Memastikan seseorang memiliki pola makan dan gaya hidup sehat, yang pada akhirnya memengaruhi mikrobioma usus, merupakan bagian penting dalam mengelola kondisi tersebut.

Studi tahun 2016 pada Nutrients menemukan bahwa probiotik dikaitkan dengan pengurangan gejala depresi yang signifikan. Strain yang digunakan antara lain laktobasilus dan bifidobakteri. Studi potong-lintang berbasis populasi tahun 2017 mengevaluasi pasien yang mengonsumsi makanan atau suplemen probiotik. Hasilnya tidak menunjukkan konsumsi probiotik dikaitkan dengan risiko depresi yang lebih rendah. Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan yang cukup serius. 

Yang terakhir, studi tahun 2019 pada Nutritional Neuroscience mengulas probiotik dan pengaruhnya terhadap kecemasan dan depresi. Enam dari 12 studi yang dievaluasi menunjukkan bahwa probiotik dapat mengurangi gejala depresi. Dua dari 12 penelitian menunjukkan pengurangan gejala kecemasan. Tidak ada efek negatif yang muncul. 

Banyak penderita depresi menggunakan probiotik, yang dapat dikonsumsi dengan aman bersama obat antidepresan untuk membantu mengatasi gejalanya. 

Eksim

Eksim merupakan kondisi medis yang memengaruhi kulit. Bagi penderitanya, bercak merah, gatal, kulit pecah-pecah akan muncul di sekitar lengan atau di belakang lutut. Eksim juga dapat menyerang area lain pada tubuh. 

Studi pada tahun 2013 menunjukkan bahwa anak-anak di bawah usia dua tahun yang disuplementasi dengan laktobasilus dan bifidobacteria mengalami penurunan insiden eksim bila dibandingkan dengan anak-anak yang tidak diberi probiotik. 

Studi tahun 2019 mengevaluasi 280 anak-anak tanpa riwayat eksim. Usia rata-rata pada awal penelitian adalah 10 bulan. Penelitian ini merupakan uji coba buta ganda terkontrol plasebo dengan setengah dari anak-anak (144) diberi campuran harian lactobacillus rhamnosus dan probiotik bifidobacterium. Setengah lainnya (146 anak) diberi pil plasebo. Penelitian berlangsung selama enam bulan. Pada akhir penelitian, 4,2% dari mereka yang berada dalam kelompok probiotik didiagnosis menderita eksim, sementara 11,5% dari mereka yang menggunakan plasebo mengalami eksim. Studi ini menunjukkan bahwa probiotik dapat membantu mencegah timbulnya eksim! Pada anak-anak sekecil ini, probiotik tetes lebih mudah untuk diberikan.

Demikian juga, studi tahun 2019 yang mengevaluasi wanita hamil dan risiko eksim pada keturunannya. Secara total, 18 uji coba terkontrol secara acak dievaluasi, termasuk 4.356 wanita hamil. Hasilnya tidak menunjukkan efek samping negatif. Wanita yang mengonsumsi probiotik memiliki kemungkinan 72 persen lebih kecil untuk memiliki anak dengan gejala eksim jika dibandingkan dengan wanita yang mengonsumsi plasebo. 

Probiotik dianggap aman untuk wanita hamil dan anak-anak. Namun, berkonsultasi dengan dokter sebelum hamil merupakan langkah yang paling baik. 

Insomnia

Insomnia muncul saat seseorang mengalami kesulitan tidur atau tetap tertidur. Secara umum, kebanyakan orang mengonsumsi melatonin untuk membantu mengatur ulang ritme sirkadian. Jika tidak berhasil, mereka mencari obat resep. Namun, bagi kebanyakan orang, efek samping dan risiko kecanduan dapat menjadi masalah. Mengembalikan keseimbangan mikrobioma usus dapat bermanfaat untuk tidur malam yang nyenyak, kemungkinan karena efek positif pada sumbu usus-otak. Ini mungkin juga menjelaskan mengapa teh tertentu, yang bertindak sebagai prebiotik, dapat membantu seseorang beristirahat dengan nyaman. 

Studi tahun 2019 pada Nutrients menunjukkan bahwa lactobacillus fermentum dapat membantu meningkatkan kualitas tidur. Studi tersebut mengevaluasi tikus dan menemukan bahwa strain probiotik ini membantu meningkatkan kualitas tidur dengan menaikkan ekspresi gen yang memproduksi reseptor adenosin 1 pada hipotalamus tikus. 

Selain itu, studi tahun 2019 yang menggunakan tikus menunjukkan bahwa strain lactobacillus brevis memiliki efek menguntungkan pada insomnia dan gangguan ritme sirkadian. Meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membantu memperkuat bukti, sampai saat ini, tidak ada bukti bahaya yang tercatat.

Pengendalian Berat Badan 

Kegemukan (BMI 25-30) dan obesitas (BMI >30) adalah ancaman kesehatan yang muncul yang meningkatkan risiko kanker, diabetes, penyakit jantung, stroke, masalah tidur, dan banyak lagi. Diperkirakan hingga satu dari tiga orang di seluruh dunia akan mengalami obesitas klinis selama 20 tahun ke depan jika tren saat ini terus berlanjut. 

Pola makan dan kebiasaan olahraga berperan penting dalam pencegahan dan perkembangan obesitas. Namun, para ilmuwan kini menyadari salah satu alasan obesitas menjadi lebih umum adalah bahwa mikrobioma usus manusia diubah oleh pasokan makanan, aditif, dan bahan kimia yang masuk ke tubuh kita. Pergeseran keragaman bakteri usus seseorang tampaknya menjadi faktor yang berkontribusi dalam penambahan berat badan. 

Penelitian pada obesitas dan mikrobioma usus menunjukkan bahwa orang-orang yang menderita kelebihan berat badan atau obesitas dan memiliki resistensi insulin, memiliki variasi bakteri usus yang berbeda jika dibandingkan dengan orang-orang yang lebih kurus dan tidak berisiko terkena diabetes. 

Usus tampaknya berfungsi seperti organ metabolisme yang unik, membakar sejumlah kalori (kilokalori) tergantung pada keragaman bakteri.

Studi tahun 2014 menunjukkan bakteri lactobacillus rhamnosus, selain bifidobacterium, dapat mengurangi adipositas dan berat badan, serta mencegah penambahan berat badan. Ini merupakan strain yang umum ditemukan pada sebagian besar suplemen probiotik . Demikian juga, studi tahun 2019 menunjukkan lactobacillus rhamnosus memiliki efek antiobesitas pada tikus yang disebabkan oleh pengaturan bakteri usus dan mengurangi peradangan. Penelitian lebih lanjut sedang dilakukan untuk membantu kami menentukan dengan jelas rencana pengobatan yang bermanfaat menggunakan probiotik.

Kesehatan Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih, atau yang lebih dikenal dengan nama ISK, lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria. Di Amerika Serikat saja, lebih dari 500.000 orang dirawat di rumah sakit setiap tahunnya karena komplikasi infeksi saluran kemih. 

Komplikasi yang paling umum dari infeksi urin adalah infeksi bakteri pada darah. Diperkirakan satu dari 10 wanita pernah mengalami infeksi saluran kemih dalam 12 bulan sebelumnya. Selain itu, diperkirakan satu dari dua wanita akan mengalami infeksi saluran kemih minimal satu kali selama hidupnya. 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang rutin mengonsumsi probiotik oral dapat mengurangi risiko infeksi saluran kemih berulang. Penelitian pada wanita tahun 2011 yang menggunakan suplemen probiotik vagina menunjukkan manfaat dalam pencegahan infeksi saluran kemih. Penelitian tahun 2013 menunjukkan bahwa laktobasilus oral dapat mencegah infeksi saluran kemih. Kendati demikian, penelitian lain belum mendukung temuan ini. 

Tidak ada bukti yang merugikan. Minimal, probiotik harus dipertimbangkan jika seseorang menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi kandung kemih karena bakteri ini dapat mencegah kasus diare yang parah. Lebih lanjut, studi pada tahun 2017 menunjukkan bahwa strain ragi probiotik Saccharomyces boulardii dapat membantu mencegah infeksi jamur vagina pada mereka yang menyelesaikan penggunaan antibiotik.

Referensi:

  1. http://www.microbiomeinstitute.org/blog/2016/1/20/how-many-bacterial-vs-human-cells-are-in-the-body
  2. Acta Derm Venereol. 2018 Aug 29;98(8):783-790. doi: 10.2340/00015555-2968.
  3. J Dermatol. 2018 Oct;45(10):1166-1171. doi: 10.1111/1346-8138.14586. Epub 2018 Aug 13.
  4. Bercik P, Park AJ, Sinclair D, et al. The anxiolytic effect of Bifidobacterium longum NCC3001 involves vagal pathways for gut-brain communication. Neurogastroenterol Motil. 2011;23(12):1132–1139. doi:10.1111/j.1365-2982.2011.01796.x
  5. Nutr Res. 2016 Sep;36(9):889-898. doi: 10.1016/j.nutres.2016.06.009. Epub 2016 Jun 21.
  6. J Altern Complement Med. 2017 Apr;23(4):249-258. doi: 10.1089/acm.2016.0023. Epub 2016 Nov 14.
  7. Depress Anxiety. 2018 Oct;35(10):935-945. doi: 10.1002/da.22811. Epub 2018 Jul 11.
  8. Am J Clin Nutr. 2014 Oct;100(4):1075-84. doi: 10.3945/ajcn.114.089151. Epub 2014 Aug 6.
  9. Front Cell Infect Microbiol. 2017 Apr 28;7:153. doi: 10.3389/fcimb.2017.00153. eCollection 2017.
  10. Cochrane Database Syst Rev. 2017 Dec 19;12:CD006095. doi: 10.1002/14651858.CD006095.pub4.
  11. J Dig Dis. 2019 Dec 25. doi: 10.1111/1751-2980.12839.
  12. Pediatr Infect Dis J. 2002 May;21(5):417-9.
  13. J Coll Physicians Surg Pak. 2019 Dec;29(12):1179-1182. doi: 10.29271/jcpsp.2019.12.1179.
  14. Huang R, Wang K, Hu J. Effect of Probiotics on Depression: A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Nutrients. 2016;8(8):483. Published 2016 Aug 6. doi:10.3390/nu8080483
  15. J Neuropsychiatry Clin Neurosci. 2017 Winter;29(1):39-44. doi: 10.1176/appi.neuropsych.15120410. Epub 2016 Aug 19.
  16. Nutr Neurosci. 2019 Dec 20:1-15. doi: 10.1080/1028415X.2019.1701220. [Epub ahead of print]
  17. J Int Med Res. 2013 Oct;41(5):1426-36. doi: 10.1177/0300060513493692. Epub 2013 Aug 1
  18. Pediatr Allergy Immunol. 2019 May;30(3):335-340. doi: 10.1111/pai.13018. Epub 2019 Feb 21.
  19. Nutrients. 2019 Oct 9;11(10). pii: E2409. doi: 10.3390/nu11102409.
  20. J Nutr Sci Vitaminol (Tokyo). 2019;65(2):164-170. doi: 10.3177/jnsv.65.164.
  21. Mol Aspects Med. 2013 Feb;34(1):39-58. doi: 10.1016/j.mam.2012.11.001. Epub 2012 Nov 16.
  22. Eur J Nutr. 2019 Oct 28. doi: 10.1007/s00394-019-02117-y
  23. Ann Epidemiol. 2000 Nov;10(8):509-15
  24. Foxman B, Buxton M. Alternative Approaches to Conventional Treatment of Acute Uncomplicated Urinary Tract
  25. Infection in Women. Current infectious disease reports. 2013;15(2):124-129. doi:10.1007/s11908-013-0317-5.
  26. Evid Based Med. 2013 Aug;18(4):141-2. doi: 10.1136/eb-2012-100961. Epub 2012 Nov 2.
  27. Pericolini E, Gabrielli E, Ballet N, et al. Therapeutic activity of a Saccharomyces cerevisiae-based probiotic and inactivated whole yeast on vaginal candidiasis. Virulence. 2017;8(1):74–90.

PENAFIAN:PUSAT KESEHATAN tidak dimaksudkan untuk memberikan diagnosis... Baca Selengkapnya