Preferensi Anda telah diperbarui untuk sesi ini. Untuk mengubah pengaturan akun Anda secara permanen, buka Akun Saya
Sebagai pengingat, Anda dapat memperbarui negara atau bahasa kapan saja di Akun Saya
> beauty2 heart-circle sports-fitness food-nutrition herbs-supplements pageview
Klik untuk melihat Pernyataan Aksesibilitas kami
Aplikasi iHerb
checkoutarrow
ID

Sakit Perut? 4 Olahan Jahe yang Dapat Membantu Meredakannya

22,073 Dilihat

anchor-icon Daftar Isi dropdown-icon
anchor-icon Daftar Isi dropdown-icon

Apa Penyebab Sakit Perut?

Perasaan yang paling umum saat membayangkan sakit perut adalah mual. Terkadang mual dapat mendahului muntah dan dapat menjadi pemicu terjadinya muntah. Meskipun perasaan/tindakan ini tidak menyenangkan, mual dan muntah berfungsi sebagai tindakan perlindungan bagi tubuh kita, dengan tujuan akhir membuang racun yang tertelan atau sesuatu yang dianggap “buruk bagi kita” oleh tubuh.

Mual merupakan hal yang amat sangat umum; penelitian melaporkan bahwa lebih dari 50% orang dewasa mengalami setidaknya satu kali mual selama 12 bulan terakhir. Wanita dilaporkan mengalami mual tiga kali lebih sering dibanding pria. Menurut penelitian, setiap individu memiliki ambang batas yang berbeda yang dapat berubah dari hari ke hari. Dengan kata lain, ada beberapa orang yang sulit merasa mual, dan ada juga yang mudah sekali merasa mual.

Banyak bagian tubuh yang terlibat dalam proses terjadinya mual: sistem saraf, khususnya bagian yang otomatis, juga dikenal sebagai sistem saraf otonom kita, perut itu sendiri, dan sistem kendali endokrin atau hormon kita. Sistem saraf akan merespon sesuatu yang tidak baik untuk kita.

Misalnya, jika kita secara tidak sengaja memakan sepotong buah yang berjamur, sistem saraf akan memberi tahu mulut untuk mulai memproduksi air liur. Ini akan menghentikan proses pencernaan dan mungkin membuat kita pucat atau meningkatkan detak jantung. Semua langkah ini mempersiapkan tubuh untuk mengeluarkan buah yang berjamur agar tidak membahayakan kita. Menariknya, keadaan emosi juga bisa memicu sistem saraf. Hormon dihasilkan dari pikiran kita. Misalnya, jika kita melihat seseorang muntah di TV, ini bisa membuat kita merasa ingin muntah juga.

Penyebab lain dari mual meliputi hormon pada masa kehamilan. Hormon spesifik yang disebut vasopresin mengendalikan kadar cairan dalam tubuh kita. Hormon ini sering meningkat dibarengi dengan mual dan/atau muntah. Mabuk “laut” atau perjalanan adalah penyebab lain dari mual, dan ini berasal dari terputusnya sistem penginderaan di telinga dan otak kita. Seringkali salah satu bagian tubuh ini tidak menyadari bahwa kita sedang bergerak, dan mual/muntah merupakan tanda kebingungan di dalam tubuh. Bayangkan jika kaki Anda mulai bergerak, tetapi Anda tidak menyadarinya!

Selain itu, banyak saraf berfungsi untuk memindahkan makanan di dalam sistem pencernaan. Saraf ini memberi sinyal ke sistem pencernaan bahwa otot perlu berkontraksi. Terkadang pada mabuk perjalanan atau kehamilan, sinyal ini terjadi pada waktu yang salah, menyebabkan disritmia lambung. Kontraksi perut yang tidak tepat pada waktu ini dapat menyebabkan mual atau muntah.

Anda dapat mengendalikan mual dengan banyak cara, termasuk dengan obat-obatan dan menghindari pemicunya. Misalnya, obat-obatan seperti antihistamin dapat mengatasi mabuk perjalanan tergantung pada pemicunya, sedangkan antibiotik dapat bekerja melawan infeksi. Menghindari makanan basi atau bepergian dengan kapal mungkin merupakan cara tambahan untuk mencegah mual jika ini menjadi pemicu bagi Anda. Selain itu, Anda dapat mengatasi mual secara alami, misalnya dengan mengonsumsi jahe.

Apa Itu Jahe?

Jahe, atau Zingiber officinale, merupakan salah satu bumbu yang paling umum digunakan di dunia. Rempah-rempah ini termasuk dalam keluarga tanaman yang sama dengan kunyit. Rimpang atau akar tanaman jahe menyimpan keton seperti gingerol, yang menyebabkan berbagai efek fisiologis pada tubuh.

Jahe sudah digunakan sejak 5.000 tahun yang lalu dalam pembuatan “tonik jahe” tradisional di India dan Tiongkok dengan penggunaan yang terkenal pada masa Kekaisaran Romawi dan Inggris. Jahe telah digunakan secara tradisional selama ribuan tahun untuk mengatasi gejala migrain, pilek, radang sendi, tekanan darah tinggi, dan mual.

Bentuk jahe yang dapat digunakan meliputi segar, kering, bubuk, manisan, dan mengkristal. Semakin lama Anda menunggu untuk memanennya, aromanya akan semakin menyengat atau “pedas”. Untuk penggunaan dalam bentuk bubuk atau minyak, bentuk paling umum untuk suplemen, jahe dianjurkan agar dipanen setelah sembilan bulan untuk memaksimalkan konsentrasi gingerol.

Berbagai penelitian telah mengonfirmasikan bahwa jahe dan metabolitnya (hasil penguraian jahe oleh tubuh) cenderung terkonsentrasi di sistem pencernaan. Jadi, masuk akal jika jahe memiliki efek positif pada perut. Selain kemampuannya untuk mengurangi rasa mual, jahe juga memiliki sifat antioksidan. Tanaman ini juga dapat mendukung pembelahan sel yang sehat dan menekan tingkat peradangan.

Mengapa Jahe Baik untuk Perut?

Jahe paling sering dikonsumsi untuk memerangi gejala mual dan mencegah muntah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat herbal ini sama efektifnya dengan obat anti mual yang dijual bebas. Setelah tertelan ke dalam tubuh, jahe hancur dan mengeluarkan gas yang menumpuk di usus. Dan ini mungkin menjadi salah satu penyebab perut kembung.

Selain itu, studi praklinis pada hewan telah menunjukkan bahwa jahe dapat mencegah iritasi lambung akibat asam lambung dan alkohol. Senyawa yang disebut asam gingesulfonic, ditemukan dalam jahe, bertanggung jawab atas sifat pelindung ini.

Penelitian lain menunjukkan bahwa jahe dapat merangsang pengosongan lambung (perut) dan kontraksi otot dalam sistem pencernaan. Tindakan ini dapat meredakan perasaan “terlalu kenyang”.

Jahe dapat mencegah mabuk perjalanan atau “laut”, dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa jahe lebih efektif dibandingkan obat mabuk perjalanan yang dijual bebas. Jahe menghambat reseptor serotonin serta memiliki efek langsung pada sistem pencernaan dan sistem saraf pusat. Jahe juga mencegah mual dan muntah yang terjadi selama masa kehamilan.

Bagaimana Cara Menambahkan Jahe ke dalam Rutinitas Harian?

Jahe tersedia dalam berbagai bentuk, jadi mudah bagi Anda untuk menambahkan rempah yang kuat ini ke dalam kehidupan sehari-hari.

1. Minyak Esensial Jahe

Minyak esensial merupakan turunan alami dari tanaman aromatik. Senyawa ini ditemukan lebih dari 1.500 tahun yang lalu. Komposisi minyak esensial tergantung pada berbagai faktor, termasuk metode ekstraksi dan sumber tumbuh-tumbuhan. Minyak esensial jahe dapat bekerja dengan berbagai cara, termasuk sebagai bahan aromaterapi, yang mengandalkan bau atau aroma minyak esensial sebagai terapi pendukung.

Studi seputar penggunaan minyak esensial jahe dan mual pascaoperasi telah membuahkan hasil yang positif. Dalam sebuah studi, para peneliti mengamati efek penggunaan minyak esensial jahe dan plasebo. Pada bulan pengumpulan data, mereka mengetahui bahwa menghirup minyak esensial jahe sebagai bentuk aromaterapi secara signifikan mengurangi mual dan muntah dibandingkan dengan plasebo.

2. Kapsul Jahe

Kapsul jahe kemungkinan merupakan bentuk jahe yang paling umum digunakan. Enkapsulasi memberikan peningkatan bioavailabilitas jahe aktif. Lapisan kapsul memberikan pelepasan terkontrol ke bagian tertentu dari sistem pencernaan.

Studi yang meneliti kompatibilitas dan efektivitas Jahe yang dienkapsulasi untuk wanita hamil memiliki hasil yang menjanjikan. Sebuah studi mengamati wanita pada masa kehamilan 13-15 minggu yang menderita mual dan muntah. Jahe efektif dalam mengurangi muntah yang umumnya terjadi berkali-kali pada wanita hamil dan menurunkan tingkat keparahan mual mereka.

3. Teh Jahe

Teh jahe telah digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok untuk mengatasi sakit perut serta berbagai gejala, termasuk mual dan muntah. Seringkali banyaknya gejala berasal dari peningkatan respons peradangan dalam tubuh. Fenomena pelindung alami ini secara tidak sengaja dapat merusak dan mengganggu proses fisiologis normal dalam tubuh, terutama pada saluran pencernaan.

Ekstrak teh jahe telah ditunjukkan dalam penelitian untuk menurunkan regulasi respons inflamasi dan bahan kimia yang disebut sitokin dalam tubuh. Ini mengarah pada fungsi tubuh dan sistem pencernaan yang lebih baik.

4. Permen Jahe

Agar lebih mudah dikonsumsi, kini jahe dikemas dalam bentuk permen atau kunyah. Produk-produk ini memberikan kehangatan dari rasa jahe yang lebih tahan lama. Penelitian telah menunjukkan bahwa bentuk seperti ini lebih mudah dikonsumsi dan efektif dalam mengendalikan gejala mabuk perjalanan.

Meskipun sakit perut sangat umum, untungnya, jahe dapat membantu meredakannya secara alami.

Referensi:

  1. Singh P, Yoon SS, Kuo B. Nausea: a review of pathophysiology and therapeutics. Therap Adv Gastroenterol. 2016;9(1):98-112. doi:10.1177/1756283X15618131
  2. Bode AM, Dong Z. Herbal Medicine: Biomolecular and Clinical Aspects. 2nd ed. CRC Press Taylor & Francis. 2011.
  3. Chaiyakunapruk N, Kitikannakorn N, Nathisuwan S, Leeprakobboon K, Leelasettagool C. The efficacy of ginger for the prevention of postoperative nausea and vomiting: a meta-analysis. Am J Obstet Gynecol. 2006;194(1):95-99. doi:10.1016/j.ajog.2005.06.046
  4. Yoshikawa M, Hatakeyama S, Taniguchi K, Matuda H, Yamahara J. 6-Gingesulfonic acid, a new anti-ulcer principle, and gingerglycolipids A, B, and C, three new monoacyldigalactosylglycerols, from zingiberis rhizoma originating in Taiwan. Chem Pharm Bull (Tokyo). 1992;40(8):2239-2241. doi:10.1248/cpb.40.2239
  5. Wu KL, Rayner CK, Chuah SK, et al. Effects of ginger on gastric emptying and motility in healthy humans. Eur J Gastroenterol Hepatol. 2008;20(5):436-440. doi:10.1097/MEG.0b013e3282f4b224
  6. Mowrey DB, Clayson DE. Motion sickness, ginger, and psychophysics. Lancet. 1982;1(8273):655-657. doi:10.1016/s0140-6736(82)92205-x
  7. White B. Ginger: an overview. Am Fam Physician. 2007;75(11):1689-1691.
  8. Firenzuoli F, Jaitak V, Horvath G, Bassolé IH, Setzer WN, Gori L. Essential oils: new perspectives in human health and wellness. Evid Based Complement Alternat Med. 2014;2014:467363. doi:10.1155/2014/467363
  9. Lee YR, Shin HS. Effectiveness of Ginger Essential Oil on Postoperative Nausea and Vomiting in Abdominal Surgery Patients. J Altern Complement Med. 2017;23(3):196-200. doi:10.1089/acm.2015.0328
  10. Grgić J, Šelo G, Planinić M, Tišma M, Bucić-Kojić A. Role of the Encapsulation in Bioavailability of Phenolic Compounds. Antioxidants (Basel). 2020;9(10):923. Published 2020 Sep 26. doi:10.3390/antiox9100923
  11. Ozgoli G, Goli M, Simbar M. Effects of ginger capsules on pregnancy, nausea, and vomiting. J Altern Complement Med. 2009;15(3):243-246. doi:10.1089/acm.2008.0406
  12. Effect of Brown Sugar, Longan, Ginger, and Jujube (Brown Sugar Longan Ginger Tea) on Antioxidation and Anti-Inflammation in In Vitro Models. Evid Based Complement Alternat Med. 2020;2020:3596085. Published 2020 Dec 2. doi:10.1155/2020/3596085
  13. Aslani A, Ghannadi A, Rostami F. Design, formulation, and evaluation of ginger medicated chewing gum. Adv Biomed Res. 2016;5:130. Published 2016 Jul 29. doi:10.4103/2277-9175.187011

PENAFIAN:PUSAT KESEHATAN tidak dimaksudkan untuk memberikan diagnosis... Baca Selengkapnya