Preferensi Anda telah diperbarui untuk sesi ini. Untuk mengubah pengaturan akun Anda secara permanen, buka Akun Saya
Sebagai pengingat, Anda dapat memperbarui negara atau bahasa kapan saja di Akun Saya
> beauty2 heart-circle sports-fitness food-nutrition herbs-supplements pageview
Klik untuk melihat Pernyataan Aksesibilitas kami
Aplikasi iHerb
checkoutarrow
ID

Sembelit: Penyebab, Akibat, dan Pengobatannya

19,441 Dilihat

anchor-icon Daftar Isi dropdown-icon
anchor-icon Daftar Isi dropdown-icon

Jika Anda merupakan salah satu dari 4 juta orang di Amerika Serikat yang berjuang melawan sembelit, penting sekali untuk menemukan aktivitas yang perlu dijadikan kebiasaan.

Penyebab Sembelit

Kita sudah lama mengetahui bahwa kurang olahraga, kurang mengonsumsi cairan atau serat, menahan BAB, dan sindrom iritasi usus besar dapat membuat Anda tidak bersemangat. Begitu juga dengan obat-obatan seperti NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid), suplemen zat besi, serta beberapa obat tekanan darah dan depresi. Penggunaan obat pencahar yang berlebihan juga dapat memperparah sembelit.

Namun, penelitian terbaru mengungkapkan penyebab baru sembelit: gangguan pada bioma usus. 

Sebuah penelitian meneliti data lebih dari 110.000 orang selama enam tahun dan menemukan bahwa sembelit dikaitkan dengan sedikitnya bakteri usus yang menghasilkan butirat, asam lemak yang memberikan energi ke sel-sel usus besar, dapat mendukung sistem imun, serta mengurangi inflamasi. Orang yang rentan mengalami sembelit juga memiliki lebih sedikit bakteri yang bertanggung jawab mencerna serat makanan.

Akibat Sembelit

Judul yang paling membuka mata dari penelitian seputar bakteri usus adalah bahwa orang yang mengalami sembelit memiliki peluang 73% lebih tinggi untuk melaporkan penurunan kognitif dibandingkan dengan orang yang buang air besar setiap hari. Di sisi lain, penelitian tersebut juga menemukan bahwa BAB lebih dari dua kali sehari dikaitkan dengan sedikit peningkatan risiko penurunan kognitif, mungkin karena hal tersebut juga menunjukkan adanya ketidakseimbangan mikrobiom usus. BAB secara teratur tampaknya dapat menjernihkan pikiran dan juga usus kita.

Masih ada lagi: Penelitian kedua dari UT Health San Antonio memeriksa sampel tinja dan ukuran kognitif dari 140 orang paruh baya yang sehat secara kognitif dan menemukan peningkatan kadar amiloid dan tau terkait Alzheimer dikaitkan dengan kadar bakteri usus pelindung saraf yang lebih rendah. 

Setelah mengetahui sembelit dapat memengaruhi kognisi, kita dapat menambahkannya ke daftar konsekuensi kesehatan besar lainnya yang timbul karena sembelit, yang meliputi peningkatan tekanan darah, penyakit jantung, dan depresi.

Empat Cara Mengatasi Sembelit

Untuk mengembalikan keseimbangan bioma usus, melindungi otak, dan membantu tubuh mengeluarkan limbah melalui sistem pencernaan dengan lancar, terapkan empat kebiasaan ini.

Konsumsi Lebih Banyak Serat

Konsumsi 100% serealia utuh, buah-buahan, dan sayuran tinggi serat yang belum diolah. Targetkan 25 g serat per hari. Stop konsumsi makanan yang diproses berlebihan dan gula tambahan.

Untuk mendapatkan jumlah serat yang diperlukan setiap hari, cobalah makanan berikut:

  • Lentil dan kinoa (1 mangkuk = 15-19 g serat)
  • Sayuran seperti sawi, brokoli, kubis Brussel, dan ubi jalar (2 g serat per mangkuk)
  • Rasberi dan beri hitam (8 g serat per mangkuk)

Hidrasi

Minumlah air, kopi, atau teh sesuai kebutuhan. Delapan gelas atau lebih mungkin cukup, tetapi Anda tidak boleh merasa haus. Hindari minuman yang mengandung gula dan pemanis buatan

Berkonsultasilah dengan Dokter

Tanyakan kepada dokter apakah ada obat yang dapat menyebabkan sembelit, dan jika demikian, carilah alternatif lain.

Suplemen Bermanfaat

Cobalah obat pencahar alami seperti serat psyllium dan probiotik untuk memulihkan kesehatan usus. Sari buah atau suplemen lidah buaya dapat mengatasi sembelit, begitu juga dengan senna (teh atau suplemen) dan rhubarb (sebagai makanan atau suplemen).

Untuk daftar lengkap makanan yang dapat membantu, baca artikel ini: “Obat Alami Sembelit Terbaik dari Ahli Gizi: Makanan, Kiat, Suplemen.”

Referensi:

  1. Keiichi Sumida, Miklos Z. Molnar, Praveen K Potukuchi, Fridtjof Thomas, Jun Ling Lu, Kunihiro Yamagata, Kamyar Kalantar-Zadeh, and Csaba P Kovesdy. Constipation and risk of death and cardiovascular events. Atherosclerosis. 2019 Feb; 281: 114–120. doi: 10.1016/j.atherosclerosis.2018.12.021
  2. Qingping Yun, Shiyu Wang, Shanquan Chen, Hao Luo, Bingyu Li, Paul Yip, et al. Constipation preceding depression: a population-based cohort study. eClinical Medicine. Published: January 16, 2024. DOI: https://doi.org/10.1016/j.eclinm.2023.102371
  3. Johns Hopkins Medicine. Constipation. www.hopkinsmedicine.org. Published 2024. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/constipation
  4. Clinical study presented at AAIC finds a link between chronic constipation and cognitive decline in older adults. wwwalzheimer-europeorg. Published online June 17, 2024. Accessed June 24, 2024. 
  5. Constipation Associated with Cognitive Aging & Decline | alz.org. AAIC. Published 2024. Accessed June 24, 2024. 
  6. What is Butyrate and What Can It Do? Cleveland Clinic. https://health.clevelandclinic.org/butyrate-benefits
  7. Constipation and risk of death and cardiovascular events. Atherosclerosis. 2019;281:114-120. doi:https://doi.org/10.1016/j.atherosclerosis.2018.12.021
  8. ‌https://www.thelancet.com/journals/eclinm/article/PIIS2589-5370(23)00548-5/fulltext

PENAFIAN:PUSAT KESEHATAN tidak dimaksudkan untuk memberikan diagnosis... Baca Selengkapnya